Senin, 05 Desember 2011

اعراب والبناء


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan kunci utama yang harus di pelajari atau dikaji dalam memahami alqur’an. Oleh karena itu, untuk mengkaji  bahasa arab agar mudah dipahami terlebih dahulu harus dimulai dari pembahasan yang paling mendasar. Maka dari itu kami mencoba menyusun makalah ini dengan mengambil tema tentang I’rab dan Bina beserta pembagiannya. Dengan tujuan setelah mempelajari pembahasan tentang I’rab dan Bina, diharapkan dapat memahami dan bisa mempraktekannya.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Apa pengertian I’rab dan mabni?
2.      Apa saja pembagian I’rab dan mabni?

C.    Tujuan
        Dari uraian permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan makalah yang kami buat  antara lain :
1.      Untuk mengetahui pengertian I’rab dan mabni
2.      Untuk mengetahui pembagian I’rab dan mabni









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian I'rab
i’rab menurut  bahasa  adalah at-tagyir artinya berubah-rubah
I’rab menurut istilah :
الاِعْرَبُ هَو تَغْيِيرُ أَوَاخِرِ الكَلَمِ لاِخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيهَا لَفْظًا اَو تَقْدِيرًا
"I'rab adalah perubahan-perubahan akhir kalimat karena perbedaan amil-amil yang masuk kepada kalimat tersebut baik lafadznya maupun perkiraannya".
Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam susunan kalimah bahasa arab  perubahan akhir kalimatnya bisa berubah tergantung pada amil yang masuk pada kalimah tersebut, adapun perubahannya terbagi dua, ada yang langsung terlihat secara lafadnya, ada yang melalui perkiraan.
1.   

 Contoh yang berubah lafadznya (perubahannya terlihat jelas pada akhir lafadznya) :
جَاءَ زَيْدٌ       رَاَيْتُ زَيْدًا                        مَرَرْتُ بِزَيْدِ          
2.    Contoh yang berubah perkiraannya (perubahannya tidak nampak jelas pada akhir lafadznya) :
 جَاءَ الفَتَى                 رَاَيْتُ الفَتَى              مَرَرْتُ بِالفَتَى
Kata-kata yang di garis bawahi pada contoh-contoh di atas adalah kalimat-kalimat yang mengalami perubahan akhir, karena perbedaan amil-amil yang masuk kedalam kalimat tersebut. Kata زَيْدِ زَيْدًا زَيْدٌ  perubahannya terlihat jelas secara lafadnya pada akhir kalimatnya. Adapun kata الفَتَى perubahannya samar karena diakhiri dengan alif sukun setelah harkat fathah sehingga menghalangi untuk irab secara lafdzi, oleh karena itu perubahnnya hanya sebatas perkiraan saja.
B.       Pembagian I’rab
I’rab ada empat macam, yaitu: Rafa’, nashab,  jar dan jazm. Ada yang khusus untuk kalimah isim, ada yang khusus untuk kalimah fiil, dan ada yang bisa masuk kedalam kalimah isim dan kalimah fiil.
I'rab Pada Kalimat Isim
Diantara i’rab yang empat macam, yang boleh memasuki isim hanyalah i’rab rafa’,   nashab dan i’rab khafadz, sedangkan i’rab jazm tidak boleh memasuki isim.
مُحَمًّدٌ رَسُولُ اللّه                                                                                            
رَأَيتُ مُحَمًّدًا فى المَنَامِ
آمَنْتُ بِمُحَمًّدٍ رَسُولِ اللّهِ
Irab Pada Kalimat Fiil
Hukum I'rab yang trdapat dalam kalimat fiil adalah rafa', nashab dan jazm. Kalimat fiil tidak bisa dipengaruhi oleh I'rab khafadz. Contoh:
يَقْرَأُ اَحْمَدُ القُرْآنَ
اَحْمَدُ يُرِيدُ اَنْ يَقْرَأَ القُرْآنَ
اَحْمَدُ لَمْ يَقْرَأْ القُرْآنَ
Sedangkan i’rab yang bisa masuk kedalam kalimah fiil dan kalimah isim ialah I’rab rafa’ dan i’rab nashab.
1.    Tanda Rafa’
I’rab rafa’ mempunyai empat tanda, yaitu
: Dhamah, wau, alif dan nun.
a.    Dhomah merupakan tanda i’rab rafa’ yang pokok, contohnya ialah ( جَاءَ زَيْدٌ), maka lafadz زَيْدٌ adalah fail marfu’ dengan tanda dhomah asli ( ٌ ). Dhomah menjadi tanda bagi I’rab rafa berada pada empat tempat yaitu :
1)   Isim mufrad, seperti dalam contoh  جَاءَ زَيْدٌ / جَاءَ الفَتَى  .
      زَيْدٌmerupakan fa’il marfu dengan tanda marfu’nya dhammah yang tampak, demikian pula الفَتَى” merupakan fail marfu’ dengan tanda marfu’ nya adalh dhommah muqaddarah (dianggap tidak ada).
2)   Jama taksir, seperti dalam contoh  جَاءَ الرِّجَا لُ / اَلْاُسَارَى . جَاءَ
الرجال       merupakan fa’il marfu dengan tanda dhommah yang nyata, sedangkan الاسارى merupakan fa’il marfu’ dengan tanda dhommah muqaddaroh.
3)   Jamak muannats salim,yaitu bentuk jamak dengan tambahan (ات) seperti dalam contohاَلْهِنْدَاتُ  جَاءَتْ , kata الهندات adalah fail marfu’ dengan tanda dhommah yang tampak.
4)   Fi’il mudhari’ yang pada huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif dhomir tatsniyah, contoh seperti  يَضْرِبُ  dan يَخْشَى
b.    Wawu merupakan tanda I’rab rafa’ pengganti dhommah, contohnya ialah (جَاءَ اَلزَّيْدُوْنَ), maka lafadz  اَلزَّيْدُوْنَ merupakan fa’il marfu’ dengan tanda marfu’ nya ialah (و), sedangkan  nun (ن) merupakan pengganti tanwin pada mufrodnya. Wawu menjadi tanda bagi I’rab rafa berada pada dua tempat yaitu  :
1)   Jamak mudzakar salim, contohnya seperti : جَاءَ اَلزَّيْدُوْنَ (zaid-zaid itu telah datang)
2)   Asmaul khamsah, contohnya seperti : اَبُوْكَ جَاءَ . masing-masing dari asmaul khamsah tersebut merupakan fa’il marfu’ dengan tanda rafa’ nya wawu (و) sebagai pengganti dari dhommah.
c.    Alif merupakan tanda I’rab rafa’ pengganti dhommah, terdapat hanya pada isim-isim mustanna saja, contohnya ialah : (جَاءَ الزَّيْدَانِ). Lafadz  الزيدان adalah fa’il marfu’ dengan tanda marfu’ nya alif sebagai ganti dari dhommah.
d.   Nun merupakan tand I’rab rafa’ pengganti dhommah terdapat pada fiil mudhori yang bertemu dengan dhomir tasniyah, contohnya seperti lafadz  يَفْعَلَانِ (mereka berdua ‘’laki-laki’’ sedang melakukan sesuatu).lafadz   يَفْعَلَانِ adalah marfu’ dengan adanya nun (ن) sebagai ganti dari dhommah.

2.    Tanda Nashab
I’rab nashab mempunyai lima
tanda yaitu: Fathah, alif, ya, kasrah dan membuang nun.
a.         Fathah merupakan tanda I’rab nashab yang pokok, contoh seperti lafadz   (رَاَيْتُ زَيْدًا). Fathah menjadi tanda bagi I’rab nashab terdapat pada tiga tempat, yaitu :
1)         Isim mufrad, contohnya seperti lafadz (رَاَيْتُ زَيْدًا). Kata زَيْدًا adalah maf’ul bih manshub dengan tanda fathah.
2)         Jamak taksir, contohnya seperti lafadz (رَاَيْتُ زُيُوْدًا). Kata  زُيُوْدًا adalah maf’ul bih manshub dengan tanda fathah.
3)         Fi’il mudhori yang didahului oleh amil yang menashabkan, contoh seperti lafadz  ( لَنْ اَضْرِبَ ), lafadz  اَضْرِبُ , manshub oleh  لَن (dengan tanda fathah)
b.         Alif merupakan tanda I’rab nashab pengganti fathah dan terdapat hanya pada satu tempat  yaitu asmaul khamsah, contohnya seperti lafadz  رَاَيْتُ اَخَاكَ, رَاَيْتُ اَبَاكَ dan lainnya. Masing-masing contoh tersebut masub dengan alif sebagai pengganti dari fathah.
c.         Kasrah menjadi tanda nashab pengganti fathah hanya pada jamak muannast salim saja, contohnya : (خَلَقَ السَّمَوَاتِ), lafadz اَلسَّمَوَاتَ menjadi maf’ul bih manshub dengan tanda kasrah, sebagai ganti dari fathah karena merupakan jama’ muannats salim.
d.        Ya menjadi tanda I’rab nashab terdapat pada isim tatsniyah dan jamak mudakar salim. Contoh seperti lafadz ( رَاَيْتُ الزَّيْدَيْنِ). Kata  الزَّيْدَيْنِ manshub dengan tanda ya yang didahului oleh huruf berharakat fathah diiringi nun yang berharakat kasrah sebagai ganti dari fathah. Contoh yang kedua ialah (  رَاَيْتُ الزَّيْدِيْنَ). Kata  اَلزَّيْدِيْنَ manshub dengan tanda ya yang didahului oleh harkat kasrah dan diiringi oleh harakat fathah, (ya tersebut) sebagai ganti dari fathah. Dan nun dari kedua contoh  tadi (ن dan ن ) pengganti tanwin pada mufradnya yaitu (زَيْدٌ ).
e.         Membuang  nun adalah tanda nashab bagi fi’il lima yang marfu’nya dengan tanda tetap adanya nun, artinya membung nun itu menjadi tanda nashab sebagai ganti dari fathah dalam fi’il  yang lima (af’al alkhamsah), contoh :  يَفْعَلَا, لَنْ تَفْعَلَا, لَنْ يَفْعَلُوْا لَنْ dari masing-masing contoh tersebut ialah manshub dengan tanda membuang nun sebagai ganti dari fathah.  
3.    Tanda khafadh
Khafadh / jar mempunyai tiga tanda yaitu : kasrah, ya dan fathah
a.    Kasrah merupakan tanda pokok bagi I’rab khafadh, yang terdapat dalam tiga tempat yaitu :
1)        Isim mufrad yang menerima tanwin, contohnya  مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَالْفَتَى
2)        Jamak taksir yang menerima tanwin, contohnya    مَرَرْتُ بِرِّجَالِ
3)        Jamak muannats salim, contohnya مَرَرْتُ بِمُسْلِمَاتِ
b.    Ya  menjadi tanda bagi I’rab khafad terdapat dalam tiga tempat, yaitu : Pertama terdapat pada isim-isim lima, contohnya,حَمِيْكَ  / اَخِيْكَ/ مَرَرْتُ بِاَبِيْكَ semuanya itu majrur oleh  ba’ dengan tanda ya’ sebagai ganti dari kasrah. Kedua terdapat pada isim tasniyah, contohnya  مَرَرْتُ بِالزَّيْدَيْنِ maka الزيدين adalah majrur oleh bi (ب) dan tanda jar nya adalah ya’ yang didahului oleh harkat fathah dan diiringi oleh harkat kasrah sebagai ganti kasrah, dan nun adalah sebagai ganti dari tanwin pada isim mufradnya. Dan yang ketiga ialah terdapat pada jamak mudzakar salim, contohnya  مَرَرْتُ بِالزَّيْدِيْنَ maka اَلزَّيْدِيْنَ majrur oleh bi (ب) dan tanda jarrnya adalah ya yang didahului oleh harkat kasrah dan diiringi oleh harkat fathah, dan nun sebagai pengganti tanwin pada bentuik mufradnya.
c.    Fathah menjadi tanda bagi I’rab khafad terdapat pada isim ghair munsharif. Maksudnya ialah isim ghair munsharif itu, apabila didahului amil khafadz, maka ditandai khafadnya dengan fathah. Oleh karena itu dikatakan majrur dengan tandanya yaitu fathah, sebagai ganti kasrah. Contohnya ( مَرَرْتُ بِاَحْمَدَ) lafadz اَحْمَدَ adalah majrur, dan tanda jarnya adalah fathah sebagai ganti kasrah karena keduanya adalah isim ghair munsharif artinya isimyang tidak menerima tanwin.         
4.    Tanda jazm mempunyai dua tanda yaitu sukun yang menjadi tanda pokok dan membuang nun tanda rafa’ dan haraf ‘illat. Contoh sukun yang menjadi tanda pokok, seperti lafadz( لَمْ يَضْرِبْ), contoh yang membuang nun tanda rafa’ seperti lafadz لَمْ يَضْرِبَا, sedangkan contoh yang membuang huruf ‘illat seperti lafadz لَمْ يَخْشَ.
a.     Sukun merupakan tanda I’rab bagi jazm terdapat pada fiil mudhari’ yang shahih huruf akhirnya, artinya ialah fi’il yang tak berakhiran dengan alif, wawu,atau ya. Contoh  fi’il seperti lafadz يَضْرِبُ , maka fi’il tersebut kalau didahului oleh huruf-huruf yang menjazamkan maka dia harus majzum dengan tandanya sukun, seperti lafadz (لَمْ يَضْرِبْ زَيْدٌ)
b.    Membuang /hadzaf merupakan tanda I’rab bagi jazm terdapat pada fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya terdiri dari huruf illat, contohnya seperti lafadz (لَمْ يَخْشَ زَيْدٌ). Lafadz  يَخْشَ adalah fi’il mudhari’ majzum oleh لَمْ dan tanda jazm nya adalah membuang alifnya sebagai ganti sukun, sedangkan fathah yang ada sebelumnya adalah bukti adanya alif itu, dan lafadz زَيْدٌ   menjadi fa’il. Adapun fi’il-fi’il yang di rafa’kannya dengan nun tetap (af’alul khamsah), maka tanda jazmnya ialah dengan membuang nun. Contohnya seperti lafadz لَمْ يَضْرِبَا , lafadz لَمْ يَضْرِبَا majzum oleh لَم dan tanda jazmnya adalah membuang nun, sedangkan alif disitu ialah sebagai fa’il.
Mu’rab dibagi dua:
sebagian dii’rab dengan harkat, dan sebagian lagi dii’rab dengan huruf.
Kalimah yang dii’rab dengan harkat yaitu: isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi’il mudhari’ yang kosong dari sesuatu (huruf tambahan seperti dua nun taukid atau nun inats).
Keempat macam kalimat itu dirafa’kan dengan dhamah, dinashabkan dengan fatah, dijarkan dengan kasrah, dan dijazmkan dengan sukun, kecuali:
·      Isim yang tidak menerima tanwin (ghair munsharif) karena isim ini dijarkan dengan fatah. Contoh seperti lafadz : مَرَرْتُ بِاَحْمَدَ (aku bertemu dengan Ahmad) yang jadi contoh ialah اَحْمَدَ
·      Jamak muannats salim, karena nashabnya dengan kasrah, contoh seperti lafadz رَاَيْتُ الْهِنْدَات (aku telah melihat Hindun-hindun itu), lafadz اَلْهِنْدَاتِ menjadi maf’ul bih manshub dengan tanda kasrah..
·      Fi’il mudhari’ mu’tal akhir, dijazmkan dengan membuang huruf akhirnya, seperti lafadz لَمْ يَخْشَ ( tidak takut), lafadz يَخْشَ tanda jazmnya ialah dengan membuang alif.
Kalimah yang dii’rab dengan huruf ada empat macam, yaitu :
1.        Isim tastniyah, contohnya seperti lafadz زَيْدَانِ  (dua zaid)
2.        Jamak mudzakar salim, contoh seperti lafadz زَيْدُوْنَ (zaid-zaid)
3.        Asmaul khamsah, contoh seperti lafadz اَبُوْكَ (ayahmu), اَخُوْكَ (saudaramu), dan sebagainya.
4.        Af’alul khamsah, contoh seperti lafadz يَفْعَلَانِ (mereka berdua sedang melakukan sesuatu), تَفْعَلَانِ( Kamu berdua sedang melakukan sesuatu), dan lain sebagainya.
C.  Pengertian Bina
Tetapnya keadaan akhir kata dalam satu keadaan, walaupun ‘amil yang mendahuluinya berbeda-beda, maka adanya amil tersebut tidak akan membawa pengaruh apapun. Contoh:
سُرُّنى مَنْ نَصَرَنى                كَافَأتُ مَنْ سَاعَدَنى                اَحْسَنْتُ اِلى مَنْ عَلَّمَنى
شَغَلَنى ذَالِك الأَمْرُ                  وَجَّهْتُ ذَالِك الأَمْرَ                  تَغَلَّبْتُ على ذَالِك الأَمْرِ
Kata مَنْ dan ذَالِك, pada contoh di atas, sama sekali tidak mengalami perubahan akhir kalimat meskipun ada amil yang mendahuluinya, oleh karena itu kedua kalimat di atas disebut  "mabni", artinya yang dikenai hukum bina.
Di antara golongan-golongan kalimat yang yang dihukumi mabni adalah:
a. Isim dlomir              b. Isim Isyarah             c. Isim maushul
d. Isim Istifham            e. Isim Syarat               f. Fiil mady
g. Fiil Amr, dll.
Adapun kalimat haraf maka seluruhnya dihukumi mabni.

D.  Pembagian Bina
Tanda-tanda bina suatu kata dalam I’rab terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Sukun السُّكونُ yaitu tidak adanya harakah, yang mana terdapat pada huruf, fiíl serta     isim, contoh mabni dengan sukun dari huruf هلْ , dan dari fiíl, قمْ , dan dari isim, كمْ .
2. Fathah الفَتْحُ , berbaris atas dengan fatha, hal ini pun terdapat pada Isim, contohnya أينَ , dan Huruf, contohnya سوفَ , juga pada Fi’il, contohnya, قامَ .
3. Kasrah الكَسْرُ berbaris bawah dengan kasrah, terdapat pada Isim, contohnya أمْسِ dan huruf, contohnya huruf Lam Al Jarr لامِ الجر misalnya dalam kalimat المالُ لِزَيْدٍ .
4. Dhamma الضَّمُّ berbaris atas dengan Dhamma, terdapat pada huruf, contohnya منْذُ dan isim yang menunjukkan arah misalnya تحتُ dengan syarat harus Idhafah secara makna tanpa Lafadz.

























BAB III
KESIMPULAN


I'rab adalah perubahan-perubahan akhir kalimat karena perbedaan amil-amil yang masuk kepada kalimat tersebut baik lafadznya maupun perkiraannya, sehingga mengubah syakal tiap-tiap akhir kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya.
I’rab terdiri dari empat macam, yaitu: Rafa’, nashab,  jar dan jazm. Ada yang khusus untuk kalimah isim, ada yang khusus untuk kalimah fiil, dan ada yang bisa masuk
Kedalam kalimah isim dan kalimah fi’il.
 I'rab Pada Kalimat Isim
Diantara i’rab yang empat macam, yang boleh memasuki isim hanyalah i’rab rafa’, nashab dan i’rab khafadz, sedangkan i’rab jazm tidak boleh memasuki isim.
مُحَمًّدٌ رَسُولُ اللّه
رَأَيتُ مُحَمًّدًا فى المَنَامِ
آمَنْتُ بِمُحَمًّدٍ رَسُولِ اللّهِ
Irab Pada Kalimat Fiil
Hukum I'rab yang trdapat dalam kalimat fiil adalah rafa', nashab dan jazm. Kalimat fiil tidak bisa dipengaruhi oleh I'rab khafadz. Contoh:
يَقْرَأُ اَحْمَدُ القُرْآنَ
اَحْمَدُ يُرِيدُ اَنْ يَقْرَأَ القُرْآنَ
اَحْمَدُ لَمْ يَقْرَأْ القُرْآنَ
Sedangkan i’rab yang bisa masuk kedalam kalimah fiil dan kalimah isim ialah I’rab rafa’ dan i’rab nashab.




DAFTAR PUSTAKA

Muhhamad Muhyidin Abdul Hamid. Ilmu Nahwu Terjemah Tuhfatus Saniyah Terjemahan oleh Muhammad Taqdir. 2010. Jogjakarta: Media Hidayah
Tarjamah Jami’ud Durusil Arabiyah oleh Syaikh Mushthafa Al-Ghulayaini. 1992. Semarang: CV. Asy-Syifa






Tidak ada komentar:

Posting Komentar